MANDIANGIN -
Belum lagi berakhir pandemi Covid-19 melanda negeri, kini musim kemarau
sudah di depan mata. Persiapan menghadapi serangan si jago merah mengintai
hutan kita dipersiapkan sedari sekarang.
Jumat (12/6), di
Tahura Sultan Adam digelar rapat intern persiapan menghadapi musim
kemarau, terutama mengantisipasi dan
pengendalian kebakaran hutan dan lahan di dalam kawasan konservasi Tahura SA.
Rapat ini dihadiri KSBTU, Manajer Mandiangin ,
Kepala Seksi Pemanfaatan, Kepala Seksi Perlindungan Hutan, serta anggota Polhut.
Kepala Tahura SA, Ainun Jariah mengatakan dalam beberapa tahun terakhir kawasan Tahura
selalu jadi sasaran api. Dari pengalaman sebelumnya kita dapat ambil pelajaran
dan dapat mengetahui titik kelemahan.
"Maka dari itu, sekarang kita sama sama bergandeng tangan
dalam meminimalisir terjadinya karhutla. Dengan memperbanyak patroli, dan
mendirikan posko-posko terpadu pada kantor Resort Pengelola Hutan dengan
menempatkan beberapa orang tenaga Brigdalkarhutla dan rutin melaksanakan patroli,"
ucapnya.
Ainun menambahkan, selain mendirikan posko pada
kantor RPH, juga dibentuk MPA berbasis desa. Setiap desa mengaktifkan kembali
MPA. Dan yang ada kegiatan penanaman Rehabilitasi DAS akan di-support
sepenuhnya oleh pemegang izin pinjam pakai kawasan hutan. Baik dari peralatan
maupun logistik. Dalam pelaksanaan di lapangan kepala desa bertanggung jawab
dalam pengelolaannya.
Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Heru Wibowo
mengatakan dari anggaran yang tersedia hanyalah penanggulangan kebakaran.
Sedangkan untuk patroli tidak tersedia. Sebab itu, diusulkan untuk minta
support kepada IPPKH.
“Karena kondisi seperti ini, sehingga kita perlu menggandeng IPPKH
bersama-sama turun ke desa untuk menyosialisasikan strategi baru dalam
menghadapi musim kemarau ini," ujarnya tadi.
Senada dengan Kepala Subbag Tata Usaha, Kepala
seksi Pemanfaatan, A Raihanor sangat setuju dan mendukung dengan kebijakan yang
diambil oleh kepala Tahura.
Raihan begitu biasa disapa menjelaskan bahwa
terobosan seperti ini tentunya patut didukung dalam mencegah terjadinya
karhutla.
"Semua kalangan agar bisa berperan
aktif, baik pihak IPPKH, Tahura,
Brigdal, MPA dan warga bergerak," ujarnya.
KRPH Sungai Luar, Markus Liling menyampaikan
kalau memang memungkinkan di kantor RPH di jadikan posko, namun alangkah baiknya tenaga Brigdal
diberikan latihan dalam penanggulangan apabila terjadi karhutla.
"Sebelum Brigdal ditugaskan di posko
RPH, dilakukan simulasi penanggulangan
kebakaran hutan terlebih dahulu," ujarnya. (rizani/tahura)